My World of Entrepreneurship

Monday, May 01, 2006

Gaya Hidup

Ada empat jenis negara ditinjau dari sumber daya alam dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Jenis pertama, negara kaya (karena sumber daya alamnya melimpah), rakyatnya kaya. Jenis kedua, negara miskin, rakyatnya miskin. Dari jenis pertama dan kedua ini bisa disimpulkan bahwa sumber daya manusia di negara-negara itu memiliki kualitas yang biasa-biasa saja. Jenis ketiga, negara miskin (sumber daya alamnya sangat terbatas) tetapi rakyatnya kaya. Negara-negara jenis ketiga ini dapat dipastikan memiliki sumber daya manusia yang kualitasnya luar biasa. Singapura, Jepang maupun Taiwan menurut saya masuk jenis ketiga ini. Jenis keempat, negara kaya rakyatnya miskin. Negara jenis keempat ini dapat dipastikan memiliki sumber daya manusia yang kualitasnya tergolong "naudzubillahi min dzalik" alias sangat memprihatinkan.

Banyak orang menganggap kualitas SDM berhubungan erat dengan tingkat pendidikan (formal). Tingkat pendidikan memang penting, tetapi menurut saya bukan yang terpenting. Faktor terpenting yang mempengaruhi kualitas SDM adalah faktor mental & attitude. Jika suatu negara rakyatnya banyak yang sarjana tetapi mentalitas & attitude-nya rakyatnya tidak bagus, itu justru merupakan problem bagi negara yang bersangkutan.

Kewirausahaan adalah salah satu jalan untuk mengasah kualitas mental & attitude ke arah yang lebih baik. Tidak mungkin seseorang yang mental & attitudenya jelek akan berhasil dalam bidang wirausaha. Banyak faktor yang menyebabkan orang berhasil dalam wirausaha antara lain: semangat pantang menyerah, kegigihan, keuletan, disiplin, kejujuran, luasnya wawasan, kemampuan membaca peluang, hemat, kemampuan komunikasi, kemampuan menjalin relasi, dll.

Jika semua orang di negara tercinta ini memiliki kiesadaran untuk menggalakkan wirausaha, saya punya keyakinan dalam 5 s/d 10 tahun mendatang tidak akan ada satu orang pun di negara ini maupun di dunia yang menggolongkan negara ini sebagai negara jenis keempat. Kewirausahaan sebagai gaya hidup, alangkah indahnya jika ini bisa terwujud di negara kita tercinta.

1 Comments:

  • At 7:52 PM, Blogger Guntar said…

    Saya pernah baca biografi Julius Tahija. Di sana beliau katakan bhw budaya entrepreneur di Indonesia mati krn terkondisikan oleh cara Belanda memperlakukan pr entrepreneur. Waktu pagelaran wayang,para pejabat pemerintah, antek2 Belanda dapet kursi terhormat di depan. Seragam mereka pun mentereng. Sementara itu para entrepreneur sukses yg kaya raya dapat posisi di belakang. Secara umum, masyarakat lebih terkondisikan utk menghormati pegawai pemerintah ketimbang entrepreneur.

    Tapi yang jelas, kita ndak boleh salahkan masa lalu. Yang penting kan kita sekarang mau gimana.

     

Post a Comment

<< Home